Bayang Masa Lalu
Waktu |
Melangkah, menjauh. Bukankah masa
lalu itu ada sebagai tempat kita untuk belajar sebelum menghadapi masa depan?
Bukankah masa lalu itu ada untuk melatih kita bersabar dan memperbaiki diri?
Beribu insan mengeksekusi masa lalu sebagai kumpulan kenangan pahit yang tak
perlu dihadirkan lagi bayang-bayangnya. Apakah benar begitu?
Mungkin hanya pada satu masa saja
kamu menganggapnya demikian. Namun seiring dengan bergulirnya waktu, kelak kamu
akan tahu apa makna tersembunyi dibalik semua masa lalu. Ibarat mengupas kulit
buah nangka, rasakan dulu pahitnya getah sebelum menikmati manis dan harum
buahnya. Begitu juga masa lalu. Ada melodi indah, sepeninggal kisah masa lalu.
Aku tak tidur, tapi sudah
beberapa masa ini kulewati tanpa jiwa yang sepenuhnya melekat di diri dengan
murninya. Masa-masa saat ini yang nantinya akan menjadi masa lalu telah
menggodaku tuk menduakan fikir. Dan kini, aku terbangun dari segenap mimpi yang
hampir menenggelamkanku. Tenggelam dalam bayang-bayang semu kisah masa lalu.
“Kelak ketika kamu melongok lagi ke belakang, ketauhilah, tak akan materi yang tersisa di sana. Tidak raga dan jiwaku, tidak hembusan nafasku, tidak sisa kulit ariku, dan tidak pula gaung suaraku. Dan jika kau mengira bahwa bayang-bayang itu aku, maka koreksilah daya visualmu. Mungkin itu hanya imajinasimu, karena aku takkan lagi diami ruang itu.
Letih diri tuk menanti, namun sosok itu tak kunjung menampakkan diri. Hingga kaki ini melangkah, menjauh. Menjauh dari pahitnya kulit nangka karena tergoda oleh aroma buahnya. Semakin dalam hingga kudapat menemukan yang inti. Maka, tak ada lagi daya tarik dari kulit nangka yang ternyata pahit setelah kurasa.
Karena kaki telah melangkah, kamu tak akan dapati diriku. Pahamilah jejakku, yang mungkin masih tertinggal dalam ragamu. Jangan ada sesal! Karena kelak, tak akan ada lagi materi yang tersisa ketika kamu menoleh untuk yang kedua kalinya...”
0 comments