Ramadhan dan Idul Fitri 1437 Hijriyah
Buka Puasa Bersama |
Oh ya, sebelumnya saya mu
mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437 Hijriah ya. Semoga kita semua
bisa kembali Fitri dan tetap semangat menjalankan ibadah seperti pada bulan
Ramadhan kemarin. Bagi saya, Ramadhan tahun ini
sangat amat berbeda dengan Ramadhan di tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya,
sekarang saya udah kerja, udah hidup mandiri, dan saya tinggal jauh dari
keluarga di luar pulau. Meskipun begitu tetap disyukuri aja, karena masih bisa
menikmati Ramadhan bersama dengan keluarga baru, teman-teman baru, dan tempat
baru tentunya.
Di Ramadhan tahun ini dari awal
sampai dengan hari ke-26 puasa, saya ada di perantauan terus. Saya baru mudik
di hari ke-26 malam dan itu bertepatan dengan buka puasa. Jadinya ya buka puasa
di bandara dengan takjil seadanya yang diberi oleh pihak bandara.
Sebelumnya, di sini banyak sekali
kegiatan saat Ramadhan. Mulai dari buka puasa bersama se-PLN wilayah NTB yang
ada di Mataram, muter dari kantor wilayah sampai kantor APDP. Karena waktunya
mepet, akhirnya kantor Sektor dan kantor Area jadinya buka sendiri-sendiri.
Kami mengundang anak yatim dari panti asuhan bersama pengurusnya, dan juga
warga sekitar. Acaranya lumayan meriah dan di akhir acara ada pembagian
bingkisan berupa sembako untuk anak-anak panti asuhan dan warga sekitar.
Buka Puasa Bersama |
From Left: Mbak Mytha, Me, Istri Pegawai, Mbak Reza |
Ramadhan di tanah rantau dan di
pulau yang berbeda rasanya hampir sama dengan Ramadhan sebelumnya. Karena saya rasa atmosfer (ciyeee atmosfer :p) di pulau Lombok ini
hampir sama dengan pulau Jawa. Apalagi banyak perantau dari Jawa di sini,
seperti keluarga sendiri.
Akhirnya setelah menunggu
berhari-hari, di hari Jum’at tanggal 1 Juli saya pulang kampung. Sengaja saya
milih tiket hari Jum’at malam pukul 18.50 tujuan Lombok-Surabaya supaya
efisien, jadi lebih lama di rumah gitu, hehe. Sejak dari kantor saya sudah
disuruh pulang cepet oleh Bapak-Bapak karena mereka tau saya bakal pulang
kampung malam itu. Setelah jam pulang, saya langsung menuju ke bandara bersama
4 teman kantor saya diantarkan oleh supir kantor.
Penerbangan tidak berlangsung lama, kira-kira 50 menit lah. Sesampainya di bandara, saya langsung menghubungi orangtua saya yang sudah menunggu sedari tadi. Suasana bandara malam itu masyaAllah, rame dan tumpah ruah mobil sampai macet. Sepertinya para perantau pada pulang kampung di hari itu.
Hari-hari Ramadhan di rumah terasa singkat sekali tapi saya
bahagia karena akhirnya bisa menikmati momen berbuka puasa bersama dengan
keluarga dan teman-teman lama saya.
Hingga akhirnya tiba juga hari
yang dinanti, Hari Kemenangan, Hari Raya Idul Fitri. Tak terasa sudah lima
malam terlewati semenjak kedatangan saya di kampung halaman. Banyak keluarga
saya berkumpul di sini seperti Tante, Oom, dan Kakak saya. Rumah saya menjadi
tujuan keluarga yang mudik karena Ayah dan Ibu saya adalah saudara tertua,
terlebih lagi Kakek dan Nenek saya dari Ayah sudah tiada.
Banyak sekali tamu berdatangan
untuk silaturrahim pada hari pertama dan kedua. Setelah dirasa agak sepi,
barulah kami sekeluarga berkunjung ke saudara tua Ayah dan Ibu, seperti Bibi
dari Ayah atau saya memanggilnya dengan sebutan ‘Mbah’.
Minal Aidzin wal Faizin |
Tak terasa, sepuluh hari telah
berlalu. Tiba waktunya untuk saya kembali ke tanah rantu lagi. Dan tepat saat
itu juga penyakit lama saya untuk tidak mau meninggalkan rumah datang kembali.
Jangankan untuk pergi ke tanah rantau yang letaknya nyeberang pulau, untuk
balik ke kota Surabaya yang notabene dekat sekali dengan rumah saat kuliah dulu
saja saya suka teriak-teriak. Agak aneh memang ya, harap maklum :D
Jadwal keberangkatan saya untuk
kembali ke Lombok adalah pukul 20.00. Tetapi entah mengapa realitanya jadi delay 25 menit padahal itu penerbangan
malam terakhir. Alhasil saya sampai di bandara pukul 23.00 WITA dan saat itu
taksi sudah hampir tidak ada.
Alhamdulillah, karena di bandara sebelumnya saya sudah bertemu dengan
banyak teman-teman angkatan, jadi kami memutuskan untuk naik taksi besar
berlima. Lumayan lah bisa patungan, kan lebih hemat *prinsip anak kos*.
Kami sampai di Mataram sekitar
pukul 00.00 dini hari. Saya adalah penumpang yang terkahir turun. Sedangkan
untuk menuju kos itu saya harus melewati jalan kecil yang sempit dan hanya muat
1 mobil. Daripada si Bapak supir taksi susah-susah, saya turun saja di depan
gang. Dengan menggeret koper dan menenteng tas besar berisi berbagai oleh-oleh,
saya lebih terlihat seperti orang hilang yang
kebingungan jalan, haha.
Hari Senin pertama masuk kantor
kami langsung ikut halal-bihalal sekantor. Kemudian besoknya dilanjutkan dengan
syukuran dan makan-makan ketupat opor. Dan besok harinya lagi, saya dan
beberapa teman yang lain ditunjuk untuk menjadi panitia halal-bihalal PLN
se-wilayah Nusa Tenggara Barat. Alhamdulillah, acara berlangsung lancar dan
meriah. Sukses! :D
Halal Bihalal |
Yahhh, demikianlah kisah-kisah
saya di bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1437 H kemarin. Cukup berkesan dimana
sekarang status saya sudah bekerja, sudah punya kewajiban berbagi uang jajan ke
keponakan dan sepupu-sepupu yang kecil, haha :D
0 comments