Sherly's Diary

Today is a new story for a new history

Saturday Night In Puncak Cemara Sawahlunto

By 15:29:00



Selamat hari Rabu, semoga hari ini menjadi barokah. Oh ya, cerita ini sebenernya udah saya tulis agak lama sekitar 2 bulan yang lalu saat saya masih OJT. Tapi saya lupa untuk mempostingnya di blog, sampai akhirnya tadi buka-buka file dan nemu dokumen ini hahaha. Nulisnya di Sumbar, tapi postingnya di Lombok. Nggak apa-apa ya, daripada nggak diposting kan sayang.




Di minggu kedua berada di tanah Minang, saya dan teman-teman mess nggak punya rencana untuk liburan. Awalnya, kami semua hanya berencana untuk main di sawah dekat mess sambil foto-foto, karena di situ pemandangannya lumayan bagus. Selain nggak punya rencana, ada tiga teman saya yang kena shift di CCR (Central Control Room), jadi meskipun Sabtu itu hari libur mereka tetap masuk kerja.

Akhirnya, hanya tersisa dua orang penghuni di mess. Sebagai pilihan terakhir, saya memutuskan untuk menghasbiskan waktu dengan tidur dari siang sampai sore.

Saat enak-enaknya tidur, teman saya yang baru pulang dari shift masuk ke rumah sambil teriak, “Eh yang cewek diajak Haryoto ke Puncak Cemara Sawahlunto,”. Oke, eksekusi!

Setelah bangun tidur, saya langsung sholat Ashar dan siap-siap. Akhirnya kami berangkat ke TKP pukul 17.00. Di Sumatera Barat sini, pukul 17.00 itu matahari masih bersinar dengan terang benderang.

Puncak Cemara terletak di kota Sawahlunto. Jalanannya berbukit, berkelok-kelok dan berada di dataran tinggi. Sulit dipercaya kalau ini kota karena udaranya sangat sejuk, hampir tidak ada polusi. Jalanannya sepi banget, tapi Alhamdulillah kami bisa sampai di TKP dengan selamat hingga sampai ke mess kembali. 
Ini dia Puncak Cemara…
 
Selamat Datang
Puncak Cemara
MasyaAllah
Srikandi Ombilin
From Left: Sef, Mbak Tari, Me, Kiki, Mbak Ecy

Oh ya, untuk dapat masuk ke daerah ini sama sekali tidak dikenai biaya alias gratis. Kami cukup membayar uang parkir untuk mobil senilai Rp 5.000. Di pohon-pohon sini bisa terlihat beberapa ekor monyet yang sedang bergelantungan. Lucu-lucu banget, tapi harus tetap waspada ya barangkali bawaan kita tiba-tiba diambil sama monyetnya. 

Pohon Yang Biasanya Dipake Gelayutan Monyet-Monyet
Sejarah Puncak Cemara



Di Puncak Cemara ini, kita bisa menikmati pemandangan kota Sawahlunto yang masih asri dari ketinggian. Dari atas tampak jalanan kota Sawahlunto yang lengan meskipun saat itu adalah malam Minggu.

Taman Di Samping Kiri Puncak Cemara

Indah Ya?

Di sini juga terdapat Monumen Kesetiaan, semacam Namsan Tower di Korea gitu. Jadi kalo mau hubungan dengan pasangannya langgeng, tinggal pasang gembok bertuliskan nama kita dengan nama pasangan. Tapi, jangan dipercaya sepenuhnya ya, yang namanya jodoh kan udah diatur sama Allah. Cukup meminta yang terbaik dan pasrahkan semua hanya kepadaNya.


Monumen Kesetiaan

Kok Ada Nama Saya Di Sini? :O
Semakin Senja

Suasana Puncak Cemara Saat Malam

Setelah dari Puncak Cemara, kami jalan-jalan dulu ke pusat kota Sawahlunto buat beli jajanan. Saya kira pusat kotanya bakalan rame karena hari sudah semakin malam. Tapi sekali lagi, jalanannya masih sangat lengang. Hanya satu dua mobil saja yang melintas. Entah memang kota ini selalu sepi atau sayanya aja yang nggak tau spot yang rame saat malam Minggu di sini.

Suasana Kota Sawahlunto Pada Malam Minggu


Depan Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto

Dari bangunan-bangunan di sekitar pusat kota ini, sangat terlihat jelas bahwa Sawahlunto adalah kota tertua di Indonesia. Bangunan-bangunan khas Belanda masih berdiri kokoh beserta dengan ejaan lamanya. Di dekat pasar Sawahlunto terdapat monumen berupa dua orang pekerja tambang, yang menegaskan bahwa kota ini pernah terkenal sebagai salah satu penghasil batubara terbaik di Indonesia.

Monumen Dua Orang Pekerja Tambang

Demikian perjalanan malam Minggu saya di kota Sawahlunto. Sebuah kota yang semasa kecil dulu hanya saya kenal lewat buku bacaan. Sebuah kota yang saya tak pernah berangan-angan akan mengunjunginya karena letaknya yang jauh dari kampung halaman. Jika tidak melalui OJT ini, bisa jadi saya tidak akan menginjakkan kaki saya di sini. Terima kasih PLN dan paling utama, terima kasih Allah atas segala nikmat yang telah Kau berikan. 

You Might Also Like

2 comments

  1. Pemandangannya bagus! :) . Berhubung tadi habis baca cerita tentang Lombok jadi saya masih kepikiran makanan hehe, waktu Sherly ke Sawahlunto ada menikmati makanan khas sana ga? :D .

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya mbak bagus pemandangannya tapi jalannya kelok-kelok plus mendaki jd agak bikin pusing hihi.
      emmm.. apa ya mbak? kayaknya semua makanan khas di daerah Sumatera Barat termasuk Sawahlunto itu masakan Minang deh, yg bersantan dan pedes-pedes gitu kayak di rumah makan Padang :D

      Delete